Nisan
By: Ardhi Ridwansyah
Dia berbaring,
Dan tersenyum,
Setangkai mawar layu,
Digenggam tepat di dada.
Air mata berguguran,
Doa-doa bertebaran,
Menjelang senja datang,
Kesedihan mendekap erat,
Tubuh kekasihnya.
Peti mati ditutup,
Terpendam tanah,
Bersama sepenggal kisah,
Menjelma nisan.
Jakarta, 16 September 2022
Alam Resah
By: Novan Aditya Wicaksono
malam sejenak turun
menanti fajar terbangun
adakah yang lebih mesra
dari kalimat awan yang merangkul cahaya bulan
dibawanya pada sosoknya
ditindih dalam waktunya
memudar dibalut selimut waktu terang
Kesedihan Sang Mentari
By: Nurul Azmi
Tak seperti biasanya, pagi ini pun terasa dingin, angin sepoi berhembus mesra menyapa datangnya sang surya.
Tapi karena sang surya sampai saat ini belum menampakkan diri, angin pun mulai sepi menggoyangkan dedaunan. Seakan ia menyesal menunggu mentari untuk
menghangatkannya.
Dan angin pun bertanya ada apa dengan semua ini?
Ada apa dengan engkau ...
Apa yang terjadi denganmu.
Tidakkah engkau kasihan dengan malam yang semenjak magrib menemaniku.
Apakah engkau marah denganku (angin).
Lalu mentari pun menjawab semua dengan nada sedih ...
Aku begini karena aku tidak berjumpa lagi dengan waktu yang lama di pagi ini di hari Rabu terakhir ini di bulan Safar duhai angin. Entah kapan waktunya. Aku tak tahu apakah dapat menyinari dan menghangatkan hari Rabu yang lain di tahun depan ataukah tidak.
Aku pun tak tahu, duhai angin ....
30 November
Tidak ada komentar:
Posting Komentar